Jumat, 29 April 2011

Ma’ Nene’, Ritual Unik Suku Toraja


Oleh Andari Karina Anom
Tana Toraja di Sulawesi Selatan sudah lama terkenal dengan alam pegunungannya yang permai serta ritual adatnya yang unik. Yang paling tersohor, tentu saja, pesta Rambu Solo yang digelar menjelang pemakaman tokoh yang dihormati. Tiap tahun pesta yang berlangsung di beberapa tempat di Toraja ini senantiasa mengundang kedatangan ribuan wisatawan.
Selain Rambu Solo, sebenarnya ada satu ritual adat nan langka di Toraja, yakni Ma’ Nene’, yakni ritual membersihkan dan mengganti busana jenazah leluhur. Ritual ini memang hanya dikenal masyarakat Baruppu di pedalaman Toraja Utara — sebuah kabupaten baru. Biasanya, Ma’ Nene’ digelar tiap bulan Agustus.
Saat Ma’ Nene’ berlangsung, peti-peti mati para leluhur, tokoh dan orang tua, dikeluarkan dari makam-makam dan liang batu dan diletakkan di arena upacara. Di sana, sanak keluarga dan para kerabat sudah berkumpul. Secara perlahan, mereka mengeluarkan jenazah (baik yang masih utuh maupun yang tinggal tulang-belulang) dan mengganti busana yang melekat di tubuh jenazah dengan yang baru.
Mereka memperlakukan sang mayat seolah-olah masih hidup dan tetap menjadi bagian keluarga besar.
Ritual Ma’ Nene’ oleh masyarakat Baruppu dianggap sebagai wujud kecintaan mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman, juga kesialan hidup.
Dari mana asal muasal ritual Ma’ Nene’ di Baruppu? Kisah turun-temurun menyebutkan, pada zaman dahulu terdapatlah seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Saat sedang berburu di kawasan hutan pegunungan Balla, bukannya menemukan binatang hutan, ia malah menemukan jasad seseorang yang telah lama meninggal dunia. Mayat itu tergeletak di bawah pepohonan, telantar, tinggal tulang-belulang.
Merasa kasihan, Pong Rumasek kemudian merawat mayat itu semampunya. Dibungkusnya tulang-belulang itu dengan baju yang dipakainya, lalu diletakkan di areal yang lapang dan layak. Setelah itu, Pong Rumasek melanjutkan perburuannya.
Tak dinyana, semenjak kejadian itu, setiap kali Pong Rumasek berburu, ia selalu beroleh hasil yang besar. Binatang hutan seakan digiring ke dirinya. Bukan hanya itu, sesampainya di rumah, Pong Rumasek mendapati tanaman padi di sawahnya pun sudah menguning, bernas dan siap panen sebelum waktunya.
Pong Rumasek menganggap, segenap peruntungan itu diperolehnya berkat welas asih yang ditunjukkannya ketika merawat mayat tak bernama yang ditemukannya saat berburu.
Sejak itulah, Pong Rumasek dan masyarakat Baruppu memuliakan mayat para leluhur, tokoh dan kerabat dengan upacara Ma’ Nene’.
Dalam ritual Ma’ Nene’ juga ada aturan tak tertulis yang mengikat warga. Misalnya, jika seorang istri atau suami meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi sebelum mengadakan Ma’ Nene’ untuknya.
Ketika Ma’ Nene’ digelar, para perantau asal Baruppu yang bertebaran ke seantero negeri akan pulang kampung demi menghormati leluhurnya. Warga Baruppu percaya, jika Ma’ Nene’ tidak digelar maka leluhur juga akan luput menjaga mereka. Musibah akan melanda, penyakit akan menimpa warga, sawah dan kebun tak akan menghasilkan padi yang bernas dan tanaman yang subur.
ARTI ANGKA MENURUT FENG SHUI


Banyak orang menganggap bahwa angka sangat berhubungan dengan peruntungan seseorang.
Nomor rumah, plat mobil, hingga nomor telepon yang baik akan membawa dampak ‘feng shui’ baik bagi jalan karir dan kesuksesan
seseorang.

Apakah Feng Shui itu? Kata Feng Shui sendiri berasal dari gabungan kata dalam bahasa Mandarin.
Feng berarti angin (arah) dan Shui berarti air (tempat). Feng Shui merupakan metode peramalan dan analisis tata letak ruang. Dalam perkembangannya Feng Shui kemudian terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah Feng Shui Angka. Ilmu Feng Shui sendiri adalah pengembangan dari konsep naskah I Ching yang disusun sebagai buku pegangan peramal saat itu. Feng Shui dipengaruhi oleh ajaran Taoisme dan Confucianisme. Etnis Cina yang datang ke Indonesia-lah yang pertama kali memperkenalkan Feng Shui tersebut.


Kini, selain dikenal sebagai bagian ilmu tata ruang, Feng Shui juga sering digunakan sebagai patokan peruntungan
dan nasib seseorang. Sekarang coba Anda ingat-ingat. Berapa banyak hotel yang memiliki nomor kamar angka 4XX ?
mungkin hanya bisa dihitung dengan jari. Kalau dipikir-pikir, Nokia mungkin termasuk yang menggunakan Feng Shui,
sebab belum ada tipe ponsel Nokia yang nomor serinya diawali dengan angka 4?


Dijelaskan lebih lanjut, nomor cantik adalah nomor 1, 6, 7, 8 dan 9.
Angka 1 diartikan sebagai satu-satunya atau nomor satu dalam hal tertentu.
Angka 6, walau ada yang menafsirkannya sebagai angka setan, namun juga bermakna jalan menuju sesuatu.
Angka 7 dianggap sebagai tujuan yang tepat atau hoki, juga ditafsirkan sebagai angka ‘Tuhan’ karena menurutnya ‘Tuhan’
mencipta dalam 7 hari. Angka 8 dianggap sebagai kemakmuran atau bisa juga tidak terhingga.
Sedangkan angka 9 berarti kesuksesan. Angka 4 dihindari karena identik dengan kematian. Serem juga!


Selain pilihan angka yang baik, sebuah nomor dianggap cantik bila memiliki deretan ‘sikuen’ atau berurutan naik,
misalnya 6789. Juga bila angka tersebut berganda. Mulai dari dobel, tripel (3 angka kembar), kuartet (4 angka kembar),
panca (5 angka kembar), heksa (6 angka kembar) atau sapta (7 angka kembar).


Namun diantara angka-angka itu, angka yang paling laku dan banyak di cari adalah 168.
Mengapa? Angka 1 diartikan satu-satunya, angka 6 diartikan jalan dan 8 diartikan kemakmuran.
Jadi, 168 diartikan sebagai satu-satunya jalan menuju kemakmuran.

Orang Jepang tidak menyukai angka "4" dan "9", tetapi menyukai angka "8".Ingin tahu alasannya,
angka 4 dalam bahasa Jepang diucapkan Shi atau Yon, tetapi lebih banyak di ucapkan shi,

dan shi ini singkatan dan indentik dengan kata kerja shinu yang artinya kematian sehingga tidak aneh
bila diapartemen (apato) atau dirumah sakit biasanya tidak ditemukan nomor kamar dengan nomor yang berakhiran "4",
bahkan lantai 4 pun tidak ada. Coba anda perhatikan apakah diapato tempat tinggal anda nomor kamar 104, 204 ,304
dan seterusnya ? Biasanya setelah nomor 103 langsung nomor 105, atau setelah nomor 203 langsung nomor 205.
bahkan di beberapa bangunan yang berlantai diatas 5 lantai tidak ada lantai 4 nya. Begitu juga dengan angka “9”
yang diucapkan kyu atau ku, orang jepang tidak suka dengan nomor 9 karena percaya bahawa nomor sembilan membawa sial
atau penderitaan seperti ucapan Kurushii, karena alasan tersebut diatas orang jepang menhindari angka 4 dan 9..

Bila anda memperhatikan harga harga disupermarket maka kita akan melihat deretan harga dengan akhiran angka 8
seperti harga wortel, dan sayuranlain yang berkisar antara ,78, 88, atau 98 yen,
jarang yang langsung dengan harga pas 80, 90 atau 100 , harga daging dan ikan misalnya 198, 298, 398 dan seterusnya
jarang yang langsung dengan harga 200, 300 atau 400 sebagainya. Angka 8 memang disukai masyarakat Jepang
karena dianggap membawa keberuntungan atau lucky number. Angka delapan diucapkan Hachi yang artinya antara lain beruntung,
bahagia dan sebagainya. Begitu dengan nomor telpon banyak sekali yang menginginkan nomornya berakhiran 8.

artikel tadi sekedar pengetahuan,so bagaimana pendapat anda...???